Pengertian Zaman Prasejarah dan Peninggalannya
Zaman
Prasejarah (praaksara) sering disebut juga Zaman Nirleka, artinya yaitu
zaman dimana manusia belum mengenal tulisan, (nir) artinya tidak dan
(leka) artinya tulisan/aksara. Permulaan zaman ini tuh belum diketahui
secara pasti. Namun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh R.Soekmono
dapat diketahui bahwa batasan zaman prasejarah diawali dengan kehadiran
makhluk sejenis manusia disuatu daerah dan berakhir saat sudah
ditemukannya sumber tertulis.
Manusia muncul di bumi tuh sekitar 3 jta tahun yang lalu loh. Tepatnya pada masa plestosin. Pada masa ini keadaan bumi masih ber ubah-ubah. Perubahan ini terjadi karena naik turunnya suhu udara dan panas dingin.
PEMBAGIAN ZAMAN PRASEJARAH
KEHIDUPAN AWAL MANUSIA PURBA DI INDONESIA
Manusia muncul di bumi tuh sekitar 3 jta tahun yang lalu loh. Tepatnya pada masa plestosin. Pada masa ini keadaan bumi masih ber ubah-ubah. Perubahan ini terjadi karena naik turunnya suhu udara dan panas dingin.
PEMBAGIAN ZAMAN PRASEJARAH
- Zaman Arkhaikum Arkhaikum adalah zaman tertua atau zaman permulaan dalam perkembangan bumi. Ada yang mengatakan bahwa berusia 2.500 juta tahun yang lalu ada juga yang mengatakan 1 milyar tahun yang lalu. Pada masa ini keadaan bumi belum setabil dan belum ada tanda-tanda kehidupan.
- Zaman Palaezoicum , yaitu zaman hidup tertua yang berlangsung kira-kira 340 juta tahun. Zaman ini sudah ada kehidupan, yakni dimulai adanya binatang kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, ampibi, dan reptil.
- Zaman mesozoikum, yaitu zaman hidup pertengahan yang berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan munculnya jenis reptil raksasa, seperti dinosaurus (panjangnya 12 meter) dan atlantasaurus (panjangnya 30 meter). Selain itu, jenis burung dan binatang menyusui pun telah berkembang.
- Zaman neozoikum atau kainozoikum, yaitu zaman hidup baru yang berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang lalu zampai sekarang. Zaman ini terbagi ke dalam:
b. zaman quartair, yaitu zaman adanya manusia di atas permukaan bumi.
Zaman ini dibagi ke dalam pleistosen yang berlangsung kira-kira 600.000
tahun dan zaman holosen berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu
hingga sekarang ini.
Jenis manusia purba telah muncul pada zaman neozoikum. Manusia merupakan
makhluk hidup yang muncul paling terakhir di dunia. Sebelumnya, dunia
ini telah dihuni oleh makhluk-makhluk seperti hewan menyusui dan jenis
kera atau kera-manusia. Selain itu, sebelumnya pun telah muncul jenis
reptil purba seperti dinosaurus dan atlantasaurus. Hewan raksasa ini ada
yang menjadi pemakan tumbuhan dan ada juga yang menjadi pemakan daging.
Jenis hewan seperti ini pada jutaan tahun yang lalu telah punah.
BERDASARKAN HASIL BUDAYANYA
1. Kebudayaan Batu Tua (Palaeolithikum)
Pada masa ini kehidupan masih berpindah-pindah. Ciri- cirinya yaitu:
Jenis alat yang digunakan kapak genggam, kapak primbas, dan alat-alat
serpih.
a. Kapak Perimbas
Kapak ini terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai, digunakan dengan
cara menggengam. Dipakai untuk menguliti binatang, memotong kayu, dan
memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas banyak ditemukan di
daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan Pacitan. Kapak
perimbas dan kapak genggam dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba
Pithecantropus.
![]() |
Kapak Perimbas (Sumber: Encarta Encyclopedia) |
b. Kapak Genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan jenis kapak penetak dan
perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah
kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan, dan keperluan
lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil
menemukan sejumlah kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa
Timur. Karena ditemukan di Pacitan maka disebut Kebudayaan Pacitan.
![]() |
Kapak Genggam (Sumber: Encarta Encyclopedia) |
c. Alat-alat Serpih (Flakes)
Alat-alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan batu kecil, digunakan
sebagai alat penusuk, pemotong daging, dan pisau. Alatalat serpih banyak
ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, masih termasuk
Kebudayaan Ngandong.
![]() |
Alat-alat serpih (Sumber: Encarta Encyclopedia) |
d. Perkakas dari Tulang dan Tanduk
Perkakas tulang dan tanduk hewan banyak ditemukan di daerah Ngandong,
dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat itu berfungsi sebagai alat penusuk,
pengorek, dan mata tombak. Oleh peneliti arkeologis perkakas dari tulang
disebut sebagai Kebudayaan Ngandong. Alat-alat serpih dan alat-alat dari tulang dan tanduk ini dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
![]() |
Alat-alat dari Tulang dan Tanduk Hewan. (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia) |
2. Kebudayaan Batu Madya (Mesolithikum)
Kebudayaan batu
madya ditandai oleh adanya usaha untuk lebih menghaluskan perkakas yang
dibuat. Dari penelitian arkeologis kebudayaan batu madya di Indonesia
memiliki persamaan kebudayaan dengan yang ada di daerah Tonkin,
Indochina (Vietnam). Diperkirakan bahwa kebudayaan batu madya di
Indonesia berasal dari kebudayaan di dua daerah yaitu Bascon dan
Hoabind. Oleh karena itu pula kebudayaan dinamakan Kebudayaan Bascon
Hoabind. Hasil-hasil kebudayaan Bascon Hoabind, antara lain berikut ini.
a. Kapak Sumatra (Pebble)
Bentuk kapak ini bulat, terbuat dari batu kali yang dibelah dua. Kapak
genggam jenis ini banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau
Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan.
![]() |
Kapak Sumatera (Sumber: Indonesian Heritage) |
b. Kapak Pendek (Hache courte)
Kapak Pendek sejenis kapak genggam bentuknya setengah lingkaran. Kapak ini ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.
c. Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, Kjokken berarti
dapur dan modding artinya sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah
dapur berupa kulit-kulit siput dan kerang yang telah bertumpuk selama
beribu-ribu tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil yang beberapa
meter tingginya. Fosil dapur sampah ini banyak ditemukan di sepanjang
Pantai Timur Pulau Sumatera.
d. Abris sous roche
Abris sous roche adalah gua-gua batu karang atau ceruk yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba. Berfungsi sebagai tempat tinggal.
![]() |
Abris sous roche. |
e. Lukisan di Dinding Gua
Lukisan di dinding gua terdapat di dalam abris sous roche. Lukisan
menggambarkan hewan buruan dan cap tangan berwarna merah. Lukisan di
dinding gua ditemukan di Leang leang, Sulawesi Selatan, di Gua Raha,
Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di Danau Sentani, Papua.
![]() |
Lukisan di Dinding Gua (Sumber: Album Peninggalan Sejarah dan Purbakala) |
3. Kebudayaan Batu Muda (Neolithikum)
Hasil
kebudayaan zaman batu muda menunjukkan bahwa manusia purba sudah
mengalami banyak kemajuan dalam menghasilkan alat-alat. Ada sentuhan
tangan manusia, bahan masih tetap dari batu. Namun sudah lebih halus,
diasah, ada sentuhan rasa seni. Fungsi alat yang dibuat jelas untuk
pengggunaannya. Hasil budaya zaman neolithikum, antara lain.
a. Kapak Persegi
Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk
mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di
Indonesia, kapak persegi atau juga disebut beliung persegi banyak
ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusatenggara.
![]() |
Kapak persegi (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum) |
b. Kapak Lonjong
Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong.
Ukurannya ada yang besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul
untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong
ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.
![]() |
Kapak Lonjong (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum) |
c. Mata Panah
Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk
berburu. Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan.
![]() |
Mata Panah |
d. Gerabah
Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan.
![]() |
Gerabah (Sumber: IPS Sejarah) |
e. Perhiasan
Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa
gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa
Barat, dan Jawa Tengah.
f. Alat Pemukul Kulit Kayu
Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan
digunakan sebagai bahan pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada
zaman neolithikum manusia pra-aksara sudah mengenal pakaian.
4. Kebudayaan Batu Besar (Megalithikum)
Istilah megalithikum berasal dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya
batu. Jadi, megalithikum artinya batubatu besar. Manusia pra-aksara
menggunakan batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang
berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan
didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan, dengan demikian
bangunan megalithikum berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut
masyarakat pra-aksara pada saat itu. Bangunan megalithikum tersebar di
seluruh Indonesia. Berikut beberapa bangunan megalithikum.
a. Menhir
Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara
penghormatan roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
![]() |
Menhir |
b. Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu yang ditangkupkan. Peninggalan ini banyak ditemukan di Bali.
![]() |
Sarkofagus |
c. Dolmen
Dolmen adalah meja batu tempat menaruh sesaji, tempat penghormatan
kepada roh nenek moyang, dan tempat meletakan jenazah. Daerah
penemuannya adalah Bondowoso, Jawa Timur.
![]() |
Dolmen |
d. Peti Kubur Batu
Peti Kubur Batu adalah lempengan batu besar yang disusun membentuk peti
jenazah. Peti kubur batu ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.
e. Waruga
Waruga adalah peti kubur batu berukuruan kecil berbentuk kubus atau
bulat yang dibuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
f. Arca
Arca adalah patung terbuat dari batu utuh, ada yang menyerupai manusia,
kepala manusia, dan hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan,
Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
g. Punden Berundak
Punden berundak-undak merupakan tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat
dengan menyusun batu secara bertingkat, menyerupai candi. Punden
berundak ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.
![]() |
Punden berundak (Sumber: Kompasiana) |
5. Kebudayaan Zaman Logam
Kebudayaan perunggu di Indonesia diperkirakan berasal dari daerah
bernama Dongson di Tonkin, Vietnam. Kebudayaan Dongson datang ke
Indonesia kira-kira abad ke 300 SM di bawa oleh manusia sub ras Deutro Melayu (Melayu Muda) yang mengembara ke wilayah Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan zaman logam, antara lain.
a. Nekara
Nekara adalah tambur besar yang berbentuk seperti dandang yang terbalik.
Benda ini banyak ditemukan di Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar, dan
Irian.
b. Moko
Nekara yang berukuran lebih kecil, ditemukan di Pulau Alor, Nusatenggara
Timur. Nekara dan Moko dianggap sebagai benda keramat dan suci.
c. Kapak Perunggu
Kapak perunggu terdiri beberapa macam, ada yang berbentuk pahat,
jantung, dan tembilang. Kapak perunggu juga disebut sebagai kapak sepatu
atau kapak corong. Daerah penemuannya Sumatera Selatan, Jawa, Bali,
Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan untuk keperluan
sehar-hari.
d. Candrasa
Sejenis kapak namun bentuknya indah dan satu sisinya panjang, ditemukan
di Yogyakarta. Candrasa dipergunakan untuk kepentingan upacara keagamaan
dan sebagai tanda kebesaran.
![]() |
a) Nekara; c) Kapak Perunggu; b) Moko; d) Candrasa. (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum) |
e. Perhiasan Perunggu
Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan, gelang kaki,
cincin, kalung, bandul kalung pada masa perundagian, banyak ditemukan di
daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.
![]() |
Perhiasan Perunggu (Sumber: Sejarah untuk SMA) |
f. Manik-manik
Manik-manik adalah benda perhiasan terdiri berbagai ukuran dan bentuk.
Manik-manik dipergunakan sebagai perhiasan dan bekal hidup setelah
seseorang meninggal dunia. Bentuknya ada silider, segi enam, bulat, dan
oval. Daerah penemuannya di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki,
dan Buni.
![]() |
Manik-manik (Sumber: Sejarah untuk SMA) |
g. Bejana Perunggu
Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu berfungsi
sebagai wadah atau tempat menyimpan makanan. Bentuknya bulat panjang dan
menyerupai gitar tanpa tangkai. Benda ini ditemukan di Sumatera dan
Madura.
h . Arca Perunggu
Benda bentuk patung yang terbuat dari perunggu menggambar orang yang
sedang menari, berdiri, naik kuda, dan memegang panah. Tempat-tempat
penemuan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, dan Palembang.
pada
zaman logam, manusia sudah dapat membuat peralatan dari logam yang
ternyata lebih kuat dan lebih muda dikerjakan daripada batu. Bahan logam
harus dilebur dulu sebelum dipakai sebagai bahan pembuatan peralatan
manusia. Oleh karena itu pada zaman logam, kebudayaan manusia sudah
lebih tinggi daripada pada zaman batu. zaman ini terbagi menjadi 2 zaman yaitu:
Zaman Perunggu
Hasil
kebudayaan perunggu yang ditemukan di Indonesia adalah Kapak Corong
(Kapak Perunggu), banyak ditemukan di Sumatera Selatan,
Jawa, Balio, Sulawesi dan Kepulauan Selayar dan Irian. Kegunaannya
sebagi alat perkakas. Nekara perunggu(Moko), bebrbentuk seperti dandang.
Banyak ditemukan di daerah : Sumatera, Jawa Bali, Sumbawa, Roti, Leti,
Selayar dan Kep. Kei. Kegunaan untuk acara keagamaan dan
maskawin. Bejana Perunggu, bentuknya mirip gitar Spanyol tetapi tanpa
tangkai. Hanya ditemukan di Madura dan Sumatera; Arca-arca Perunggu,
banyak ditemukan di Bangkinang(Riau), Lumajang (Jatim) dan Bogor (Jabar). Perhiasan
: gelang, anting-anting, kalung dan cincin. Kebudayaan Perunggu sering
disebut juga sebagi kebudayaan Dongson-Tonkin Cina karena disanalah
Pusat Kebudayaan Perunggu.
Zaman Besi
Pada masa ini
manusia telah dapat melebur besi untuk dituang menjadi alat-alat yang
dibutuhkan, pada masa ini di Indonesia tidak banyak ditemukan alat-alat
yang terbuat dari besi.
Alat-alat yang ditemukan adalah Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu. Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan; Mata pisau; Mata pedang; Cangkul, dll.
Jenis-jenis benda tersebut banyak ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur).
KEHIDUPAN AWAL MANUSIA PURBA DI INDONESIA
1. Meganthropus Paleojavanicus
Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koenigswald di Sangiran, Lembah Bengawan Solo pada
tahun 1936-1941. Meganthropus memiliki badan yang tegap dan rahang yang
besar dan kuat. Merka hidup dengan cara mengumpulkan makanan.
2. Pithecanthropus
Fosil Pithecanthropus merupakan
fosil yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Mereka hidup dengan
cara berburu dan mengumpulkan makanan. Pithecanthropus terdiri dari
berbagai jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Pithecanthropus Mojokertensis
Fosilnya ditemukan oleh Von Koenigswald di Desa Perning, Lembah Bengawan Solo Mojokerto, Jawa Timur. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 – 2,25 juta tahun yang lalu.
b. Pithecanthropus Robustus
Fosilnya di Temukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald Pada tahun 1939 diTrinil, Lembah Bengawan Solo.
c. Pithecanthropus Erectus
Fosilnya ditemukan oleh Eugene Dubois di desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur,
pada tahun 1890. Makhluk ini hidup sekitar 1 juta-1,5 juta tahun yang
lalu. Makhluk ini berjalan tegak dengan badan badan yang tegap dan alat
pengunyah yang kuat.
3. Homo
a. Homo Soloensis
Ditemukan di Ngandong, Blora, Sangiran, dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931-1933. Diperkirakan hidup sekitar 900.000 tahun – 300.000 tahun yang lalu. Volume otaknya mencapai 1300 cc.
b. Homo Wajakensis
Ditemukan oleh Van Riestchoten pada tahun 1889 di Desa Wajak, Tulungagung.Makhluk
ini mempunyai tinggi badan sekitar 130-210 cm, dengan berat badan
antara 30-150 kg. Volume otaknya mencapai 1300 cc, dan hidup antara
40.000-25.000 tahun yang lalu. Makanannya sudah dimasak meskipun masih
sangat sederhana.
0 komentar:
Posting Komentar